SeniRupa Kontemporer - Pengertian, Sejarah, Ciri dan Contoh. Seni Rupa adalah cabang karya seni yang dapat di tangkap oleh mata dan dirasakan oleh indera peraba , unsur seni rupa itu sendiri terdiri dari Pengertian Seni Rupa 2 Dimensi dan Seni Rupa 3 Dimensi. Pada dasarnya seni rupa terbagi menjadi tiga yaitu seni rupa tradisional, seni rupa Ilustrasi seni kontemporer. Foto Freepik. Seni kontemporer adalah salah satu cabang seni yang terpengaruh dampak modernisasi. Cabang seni ini tidak terikat dengan aturan zaman dulu dan berkembang sesuai zaman bahasa, kontemporer memiliki arti kekinian dan modern. Seni kontemporer sendiri mencerminkan adanya kebebasan dalam menentukan suatu hal seperti tema, media, dan teknik Ayu Trisnawati dalam buku Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar menyebutkan, seni kontemporer memiliki istilah umum Contemporary Art. Istilah tersebut dikenal di negara barat sebagai produk seni yang dibuat sejak Perang Dunia dalam buku Dialek Visual Perbincangan Seni Rupa Bali menyebutkan, cabang seni ini dikenal di Indonesia sejak tahun 1970-an. Setelah berkembangnya seni kontemporer, muncul berbagai ragam teknik dan media untuk memproduksi suatu karya seni. Tokoh yang pertama kali menggunakan istilah seni kontemporer adalah Gregorius Sidharta Soegijo asal Yogyakarta. Ia merupakan seniman patung yang terkenal. Salah satu karyanya yang dikenal dunia adalah Tangisan Dewi Betari dan Tongggak tokoh seniman Indonesia yang meramaikan istilah seni kontemporer di antaranya adalah Heri Dono, Eddie Hara, Tisna Sanjaya, Agus Suwage, Nindityo, Arahmaiani, Tita Rubi, dan masih banyak dari buku Pengantar Seni Drama di SD karya Safrianus Haryanto Djehaut, karya seni kontemporer yang dihasilkan para seniman tidak hanya karya yang indah. Akan tetapi, juga menghasilkan karya yang dianggap tidak indah dan tidak seni yang tidak menyenangkan biasanya memiliki tema persoalan yang rumit. Contohnya seperti fenomena kesengsaraan, kemiskinan, kekacauan, atau protes sosial dalam seni kontemporer dibuat dalam berbagai bentuk ungkapan media dengan berbagai teknik produksi. Sehingga, cabang seni ini banyak memadukan semua unsur seni. Berikut contoh seni kontemporer dalam cabang seni rupa yang menarik untuk Seni Kontemporer dalam Cabang Seni RupaIlustrasi seni rupa kontemporer. Foto Freepik. Dikutip dari buku Seni Budaya terbitan Yudhistira Ghalia Indonesia, contoh karya seni rupa kontemporer yaitu seni instalasi, seni rupa video, seni rupa lingkungan, dan seni rupa pertunjukan. Berikut paparan singkat dari contoh karya seni rupa kontemporer instalasi dibuat dengan menggabungkan berbagai bentuk karya baik dua dimensi, tiga dimensi, dan tidak terbatas dan membentuk kesatuan yang baru. Jenis karya seni rupa ini biasanya ditampilkan saat adanya pameran di galeri dengan seni lukis atau seni patung yang tinggal di pajang, seni instalasi harus dipasang dan disusun terlebih dahulu karena terdiri dari banyak benda. Baik benda seni maupun benda di luar konteks seni contoh seni kontemporer. Foto Freepik. Seni rupa video ada sejak tahun 1960 dan telah berkembang pesat di Indonesia. Tidak hanya sebagai media berekspresi, seni rupa video juga bisa dinikmati seni rupa kontemporer ini dapat ditonton secara online maupun offline dan menjadi salah satu yang paling efisien. Selain itu, seni rupa video dapat digunakan sebagai media pendidikan yang tidak dibatasi ruang dan rupa lingkungan berkembang dari sebuah gerakan peduli lingkungan. Media yang digunakan berasal dari limbah, seperti plastik bekas dan botol lingkungan dapat membawa pengaruh baik pada lingkungan sekitar. Contohnya mengurangi sampah plastik dengan merubahnya menjadi karya seni yang memiliki nilai estetika dan nilai guna. Seni rupa pertunjukkan mulai berkembang pada tahun 1960. Seni rupa ini menampilkan berbagai karya yang berkaitan dengan ekspresi, bunyi, dan gerakan sehingga menghasilkan pertunjukan yang beberapa elemen dalam seni rupa pertunjukan meliputi tari, musik, teater, dan video yang mempunyai keunikannya masing-masing. Selain itu, seni rupa pertunjukan identik dengan improvisasi. Rencananyakarya ini akan diletakan di museum pos Indonesia. Selain mempunyai filosofi serta tujuan dari masing-masing seniman, karya di atas juga mempunya tampilan yang unik dan menarik. Demikian ulasan mengenai Seni Rupa Kontemporer. Mulai dari pengertian, perkembangan, ciri-ciri, macam, dan contoh seni kontemporer.
Ilustrasi seseorang sedang membuat karya seni lukis. Foto seni rupa dua dimensi sangat penting dipelajari bagi kamu yang ingin membuat karya seni rupa. Teknik ini menjadi teknik dasar dalam membuat suatu karya seni rupa karena dapat diterapkan dalam berbagai karya seni rupa apa itu seni rupa dua dimensi? Apa saja teknik seni rupa dua dimensi? Berikut Seni Rupa Dua DimensiBerdasarkan buku Pengetahuan Dasar Seni Rupa oleh Sofyan Salam, dkk., karya seni dua dimensi merupakan karya seni yang hanya dapat dinikmati dari satu arah, yaitu dari arah depan karena memiliki dimensi panjang dan rupa d dimensi tidak memiliki ruang karena tidak mengandung unsur ketebalan atau ketinggian. Dalam kehidupan sehari-hari kita bisa menemui banyak contoh karya seni rupa dua dimensi. Misalnya lukisan, poster, foto, logo, kaligrafi, mozaik, batik, dan Seni Rupa Dua DimensiIlustrasi seseorang sedang membuat lukisan. Foto ini teknik seni rupa dua dimensi menurut Modul 1 Berkarya Seni Rupa 2 Dimensi oleh Sri Rahayu Saptawati dan plakat adalah teknik melukis dengan cat minyak, cat poster atau cat akrilik. Teknik ini berupa membuat goresan yang tebal agar mendapatkan hasil yang pekat dan transparan ialah teknik untuk melukis seni rupa menggambar dengan cat cair. Sapuan warna dalam kanvas untuk melukis harus tipis, supaya hasilnya juga tampak seperti kolase adalah teknik yang akan memberikan hasil lukisan abstrak realis karena terbuat dari potongan-potongan kertas yang ditempel dengan menggunakan Teknik merekat, menggunting, dan menempel 3MTeknik seni rupa ini merupakan proses manipulasi lembaran kertas yang akan menjadi suatu bentuk tiga linier adalah teknik untuk menggambar objek menggunakan pola garis dari pensil atau blok adalah teknik yang digunakan untuk menutupi objek lukis dengan menggunakan satu warna yang sama di atas arsir adalah teknik untuk menutupi objek lukis dengan membuat garis sejajar atau garis menyilang dalam sebuah kanvas menggunakan pensil atau dussel adalah teknik untuk membuat gelap terang pada objek lukis dengan goresan-goresan miring yang dibuat dengan pointilis adalah teknik untuk menghitamkan objek lukisan dengan beberapa titik-titik dalam sebuah akuarel adalah teknik untuk menutup objek lukisan yang dilakukan dengan menyapu cat cair secara tipis di atas mozaik adalah teknik untuk melukis dengan menempelkan benda-benda tiga dimensi ke dalam sebuah menganyam adalah teknik untuk menumpang tindih dan juga untuk menyilangkan bahan-bahan yang ada, sehingga menghasilkan karya seni anyaman.
Suwagedianggap sebagai pelopor seni rupa modern di Indonesia karena menjadi pelukis pertama yang memanfaatkan teknik seni lukis modern dari Barat. (Foto: Antara/Hendri Sukma Indrawan) Sebagai salah satu seniman kontemporer Indonesia yang paling terkenal, Suwage telah membangun reputasinya dengan mengekspresikan tema budaya dan sosial-politik
5 Contoh Karya Seni Rupa Kontemporer Beserta Gambar, Fungsi, dan Ciri-cirinya — Apabila saat ini kamu sedang memerlukan ulasan terkini seputar contoh karya seni rupa kontemporer, mungkin apa yang akan Mamikos sampaikan di sini berguna untuk kamu. Sebab di kesempatan ini Mamikos sudah merangkum beberapa hal terkait contoh karya seni rupa kontemporer berikut gambar, fungsi serta apa saja ciri-cirinya. Jadi biar tidak penasaran lagi dengan bahasannya, mari simak selengkapnya mengenai contoh karya seni kontemporer tersebut di artikel ini sampai akhir. Daftar Contoh Karya Seni Rupa Kontemporer Gambar, Fungsi, CiriDaftar IsiDaftar Contoh Karya Seni Rupa Kontemporer Gambar, Fungsi, CiriApa Itu Seni Rupa Kontemporer?Berbagai Fungsi dari Karya Seni Rupa KontemporerBerbagai ciri Karya Seni KontemporerContoh Gambar Karya Seni Rupa Kontemporer Daftar Isi Daftar Contoh Karya Seni Rupa Kontemporer Gambar, Fungsi, Ciri Apa Itu Seni Rupa Kontemporer? Berbagai Fungsi dari Karya Seni Rupa Kontemporer Berbagai ciri Karya Seni Kontemporer Contoh Gambar Karya Seni Rupa Kontemporer Pada pembuka artikel, Mamikos sudah menyebutkan bahwa ulasan dalam artikel ini sangat cocok bagi kamu yang memang tengah menelusuri info mengenai contoh karya seni rupa kontemporer. Jadi, jika kamu sudah tak sabar dengan seperti apa bentuk dan contoh karya seni rupa kontemporer tersebut, mari simak bahasan selengkapnya di bawah ini. Apa Itu Seni Rupa Kontemporer? Sebelum melihat contoh karya seni rupa kontemporer melalui gambarnya, ada baiknya jika kamu mengetahui dulu penjelasan apa itu seni rupa kontemporer itu sendiri. Seni rupa kontemporer merupakan sebuah karya seni rupa yang proses penciptaannya memiliki keterikatan dengan berbagai konteks, antara lain seniman yang membuatnya, ruang dan waktu, audiens sasaran karya dan medan pembuatannya. Kontemporer sendiri merupakan asal kata dari Bahasa Inggris yakni “contemporary” yang artinya apa-apa atau mereka yang hidup di masa yang bersamaan menurut D. Maryanto, 2000. Hal itu berarti seni rupa kontemporer bersifat modern/kekinian sebab karyanya tercipta di masa yang lebih baru. Sederhananya, kontemporer bermakna modern atau masa kini. Dalam sejarahnya, karya seni kontemporer ini mulai diproduksi pada paruh kedua abad ke-20 atau pada abad ke-21. Dalam seni kontemporer tercermin suatu kebebasan atau ketidakterikatan akan aturan, khususnya dalam menentukan tema, media, atau teknik produksi karya. Makanya, karya-karya dari seniman kontemporer di dunia juga turut dipengaruhi oleh beragam budaya dan teknologi yang berkembang saat ini. Seni rupa kontemporer juga tidak memiliki ciri khusus yang dominan dan dapat dirujuk untuk merunjuk pada suatu praktik seni yang baku. Berbagai Fungsi dari Karya Seni Rupa Kontemporer Sebelum melihat contoh karya seni rupa kontemporer berupa gambar, mari baca dulu penjelasan mengenai apa saja fungsi-fungsi dari karya seni rupa kontemporer tersebut. A. Fungsi Individu Bahasan fungsi yang pertama akan Mamikos ulas adalah dari fungsi individu. Perlu diingat bahwa manusia terdiri dari berbagai unsur fisik dan psikis. Unsur psikis juga dikenal sebagai emosi, yang kemudian fungsi individu dari segi ini adalah untuk dapat memenuhi kebutuhan emosional dan fisik seni dari seseorang atau individu. Secara fisik, sebagian besar fungsi tersebut dapat terpenuhi melalui penggunaan seni yang berkaitan dengan fisik, misalnya saja rumah, perabot, baju, senam musik dan lain sebagainya. Lalu secara emosional, manusia memerlukan sebuah pemenuhan seni dalam dirinya. Beberapa contoh dari pemenuhan seni dalam segi emosional ini bisa diperoleh dari tari, musik, film, novel, lukisan, dan lain-lain. B. Fungsi Sosial Selanjutnya dari penjelasan apa saja fungsi karya seni rupa kontemporer yang akan Mamikos bahas adalah fungsi sosial. Pada fungsi sosial artinya siapapun dapat menikmati karya tersebut. Pada saat yang sama, karya tersebut juga dapat memberi keuntungan kepentingan banyak orang. Pada fungsi sosial, terbagi ke dalam beberapa kategori, antara lain Hiburan atau rekreasi Sebuah karya seni tentu saja dapat digunakan sebagai sarana menghibur dan mengurangi kesedihan, rasa sepi, dan gulana. Bahkan seni juga bisa mengusir rasa bosan. Hal tersebut dapat terjadi saat seseorang melihat atau menyaksikan sebuah film, teater, pementasan tari, pagelaran musik, atau adegan komedi. Komunikasi Seni juga dapat digunakan untuk menyampaikan berbagai hal secara spesifik seperti nasihat, kritik, pesan, ide, produk hingga pedoman di hadapan khalayak luas. Contoh karya yang bisa jadi media komunikasi ialah lagu, balada, drama, reklame, komedi hingga poster. Topik umum yang dapat dibuat meliputi beberapa hal berikut Kedisiplin antara anggota masyarakat terhadap lingkungan tempatnya tinggal Panggilan pada program pemerintah untuk diimplementasikan bersama Rekomendasi layanan kesejahteraan atau kesehatan di masyarakat Ketidakadilan suatu kebijakan yang digagas di satu tempat Pendidikan Karya seni juga dapat memiliki fungsi sosial dari segi pendidikan. Pada pendidikan juga sudah mulai sering menggunakan seni sebagai sarana untuk mendukung keberhasilan dalam metode pengajaran atau kurikulumnya. Contoh seni yang digunakan pada pendidikan adalah film ilmiah atau dokumenter, gambar ilustrasi, ilustrasi dan gambar dalam buku pelajaran, dokumenter ilmiah, lagu anak-anak, poster ilmiah dan foto, dan lain-lain. Keagamaan atau religius Sebuah karya seni juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau ciri agama. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya seni kaligrafi, pakaian muslimah atau muslim, dekorasi atau arsitektur tempat ibadah, lagu-lagu spiritual/religi, film bertema agama dan lain sebagainya. Berbagai ciri Karya Seni Kontemporer Ini adalah saatnya kamu mengenal berbagai ciri dari karya seni rupa kontemporer. Usai kamu memahami pengertian seni kontemporer serta membaca apa saja fungsi-fungsinya di atas, maka kamu bisa dengan mudah mengenali seni rupa kontemporer melalui beberapa cirinya. Untuk itu, bacalah beberapa penjelasan mengenai ciri-ciri dari karya seni rupa kontemporer tersebut sebagaimana yang telah Mamikos himpun di bawah ini. Karya seni tidak terikat aturan maupun pakem seni rupa zaman dulu Mengikuti perkembangan sesuai zaman Tak memiliki sekat/batasan antar berbagai disiplin seni Batas-batas antara seni lukis, seni grafis, seni patung, abstrak, anarki, hingga aksi politik pun melebur. Memiliki gairah dan hasrat “moralistik” mementingkan moral Cenderung diminati media massa Rutin untuk dijadikan komoditas pewacanaan Cenderung disukai/digemari media massa Bersifat universal atau bisa dinikmati oleh siapa saja tanpa terkecuali Contoh Gambar Karya Seni Rupa Kontemporer Akhirnya sampai juga kamu pada bahasan utama di artikel ini yakni contoh gambar karya seni rupa kontemporer. Mari simak seperti apa saja bentuk dan contoh gambar karya seni rupa kontemporer yang berhasil Mamikos himpun sebagai berikut. 1. Contoh Karya Seni Rupa Kontemporer Pertama 2. Contoh Karya Seni Rupa Kontemporer Kedua 3. Contoh Karya Seni Rupa Kontemporer Ketiga 4. Contoh Karya Seni Rupa Kontemporer Keempat 5. Contoh Karya Seni Rupa Kontemporer Kelima Demikian yang dapat Mamikos sampaikan di artikel ini mengenai contoh karya seni rupa kontemporer beserta gambar, fungsi, dan ciri-cirinya. Mudah-mudahan usai membaca ulasan di atas, pengetahuan kamu pun jadi semakin bertambah terutama tentang seperti apa bentuk contoh karya seni rupa kontemporer itu sendiri. Jangan ragu untuk membagikan ulang artikel ini pada teman, sahabat, atau mungkin temat satu kelompok agar dapat kamu diskusikan bersama-sama. Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu Kost Dekat UGM Jogja Kost Dekat UNPAD Jatinangor Kost Dekat UNDIP Semarang Kost Dekat UI Depok Kost Dekat UB Malang Kost Dekat Unnes Semarang Kost Dekat UMY Jogja Kost Dekat UNY Jogja Kost Dekat UNS Solo Kost Dekat ITB Bandung Kost Dekat UMS Solo Kost Dekat ITS Surabaya Kost Dekat Unesa Surabaya Kost Dekat UNAIR Surabaya Kost Dekat UIN Jakarta
EvaluasiSeni Rupa Kontemporer Di Indonesia. Karya seni rupa modern / kontemporer di Indonesia memiliki ragam bentuk, jenis dan bentuk, diantaranya adalah karya seni dua dimensi: lukisan, gambar, batting, dll. Tiga dimensi: seni, keramik, seni instalasi, dll. Dengan kreativitas yang dimilikinya, seniman Indonesia menciptakan karya seni seperti Karya Zen Relief pada Pameran Explorasi media TasikSeni Kontemporer adalah salah satu cabang seni yang terpengaruh dampak modernisasi. Kontemporer itu artinya kekinian, modern atau lebih tepatnya adalah sesuatu yang sama dengan kondisi waktu yang sama atau saat ini, jadi seni kontemporer adalah seni yang tidak terikat oleh aturan-aturan zaman dulu dan berkembang sesuai zaman Salah satu cabang seni yang terpengaruh dampak modernisasi. Kontemporer itu artinya kekinian, modern atau lebih tepatnya adalah sesuatu yang sama dengan kondisi waktu yang sama atau saat kontemporer adalah karya yang secara tematik merefleksikan situasi waktu yang sedang dilalui. Misalnya lukisan yang tidak lagi terikat pada Rennaissance. Begitu pula dengan tarian, lebih kreatif dan “Kontemporer” yang berasal dari kata “co” bersama dan “tempo” waktu. Sehingga menegaskan bahwa seni kontemporer adalah karya yang secara tematik merefleksikan situasi waktu yang sedang dilalui. Atau pendapat yang mengatakan bahwa “seni rupa kontemporer” adalah seni yang melawan tradisi modernisme Kontemporer adalah perkembangan seni yang terpengaruh dampak moderenisasi dan digunakan sebagai istilah umum sejak istilah Contemporary Art berkembang di Barat sebagai produk seni yang dibuat sejak Perang Dunia ini berkembang di Indinesia seiring beragamnya teknik dan medium yang digunakan untuk memproduksi suatu karya seni, juga karena telah terjadi suatu percampuran antar praktek suatu disiplin yang berbeda, pilihan artistic, dan pilihan presentasi karya yang tidak terikat batas-batas ruang dan Seni KontemporerSesuai dengan pengertian seni kontemporer di atas, kita dapat mengetahui apakah suatu karya tergolong hasil seni kontemporer atau bukan melalui beberapa ciri. Ciri-ciri seni kontemporer tersebut antara lainTidak terikat aturan atau pakem seni rupa zaman duluBerkembang sesuai zamanTidak ada sekat antar berbagai disiplin seniMeleburnya batas-batas antara seni lukis, seni patung, grafis, omong kosong, anarki, hingga aksi politikMemiliki gairah dan nafsu “moralistik”Cenderung diminati media massaSering dijadikan komoditas pewacanaan Keunikan Gagasan dan Teknik Seni KontemporerGagasan adalah ide kreatif dalam penciotaan suatu karya. Gagasan/ide dalam seni rupa merupakan buah pikaran untuk menciptakan suatu karya seni rupa. Gagsan untuk membuat suatu karya akan tercetus bika disebabkan karena kebutuhan jasmani dan gagasan berkarya seni rupa kontemporer adalah selalu menggali inspirasi dan berkreasi/menciptakan sesuatu yang baru. Kreativitas seni rupa kontemporer memiliki ciri-ciri sebagai berikutUnik tidak memiliki persamaan dengan karya seni lainnyaIndividual bersifat pribadi atau perseoranganUniversal diperuntuk semua orang atau masyarakat luasEkspresif ungkapan perasaan atau curahan jiwaSurvival berlangsung sepanjang zaman/abadiTeknik adalah cara yang digunakan untuk mengolah suatu media dalam penciptaan suatu karya. Teknik berkarya seni rupa kontemporer sangat dipengaruhi oleh bahan dan alat yang digunakan membuat karya seni. Teknik berkarya seni rupa kontemporer dapat juga dipengaruhi oleh kreativitas seseorang dalam proses pengerjaan, sehingga terjadilah keunikan teknik karya seni rupa kontemporer IndonesiaKarya seni rupa modern/kontemporer di Indonesia beragam bentuk, jenis, dan corak, antara lain berupa karya seni rupa dua dimensi seni lukis, grafis, batik, dll; tiga dimensi seni patung, keramik, seni instalasi, dll. Dengan kreativitas masing-masing, para seniman Indonesia menciptakan suatu karya seni rupa sebagai para seniman Indonesia telah meramaikan perkembangan seni rupa di Indonesia. Munculnya berbagai karya seni rupa menyebabkan terjadinya komunikasi apresiasi untuk memahami makna yang tersirat di baik karya-karya para seniman Indonesia tersebut. Apresiasi adalah penghargaan atau seni rupa adalah kegiatan dalam menilai atau memberi penghargaan terhadap karya-karya seni rupa. Apresiasi terhadap karya-karya seni rupa dapat ditunjukkan dengan sikap empati berupa ungkapan kata-kata atau tanggapan secara lisan/ seniman mengkomunikasikan pesan-pesan melalui hasil karyanya dengan cara vulgar dan mudah dipahami, akan tetapi ada pula yang mengkomunikasikan karyanya melalui simbol-simbol yang mengandung makna tertentu.*** Dikutipdari karya berjudul Peran Kekuasaan dalam Seni Rupa Kontemporer (2000) karya Sumartono, seni instalasi merupakan salah satu bagian dari seni rupa kontemporer. Instalasi adalah karya seni rupa yang diciptakan dengan menggabungkan berbagai media, membentuk kesatuan baru, dan menawarkan makna baru. Baca juga: Seni Kriya sebagai Kerajinan

Menunjukkan ekspresi diri dapat dilakukan dengan berbagai hal. Salah satunya dengan membuat karya seni, yang terdiri dari banyak jenis, misalnya seni rupa, tari, peran, musik dan lain-lain. Koentjaraningrat 1993 menjelaskan, bahwa seni pada dasarnya adalah suatu ide atau gagasan yang timbul dari manusia yang kemudian diwujudkan atau direalisasikan dalam bentuk sebuah benda yang akhirnya disebut sebagai karya seni. Lebih lanjut, Hogman 1993 juga menerangkan bahwa seni memiliki tiga unsur penting. Di antaranya adalah, ideas, yakni wujud seni sebagai suatu yang kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma, peraturan dan sebagainya. Kemudian, activities, yaitu suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam berkesenian, Terakhir, artifact, yakni wujud seni melalui hasil karya yang dihasilkan oleh manusia. Terkait seni rupa, ada berbagai macam bentuk, yang jika disederhanakan dibagi menjadi dua, yakni seni rupa dua dimensi, dan tiga dimensi. Untuk seni rupa dua dimensi sendiri, dikenal berbagai teknik yang dapat diterapkan. Teknik Karya Seni Rupa Dua Dimensi Secara umum, terdapat enam teknik dalam seni rupa dua dimensi. Berikut penjelasan selengkapnya. 1. Teknik Menganyam Mengutip jurnal berjudul "Peranan Kerajinan Dalam Pembangunan Nasional", anyaman merupakan karya seni yang mempengaruhi kehidupan dan kebudayaan masyarakat. Sejatinya, anyaman adalah kerajinan suatu bangsa atau suku yang merupakan ungkapan dari suatu perasaan, gagasan, angan-angan, keinginan, penghayatan, dan semangat terhadap lingkungan yang membawa corak khas bangsa atau suku tersebut. Dapat disimpulkan, bahwa menganyam adalah teknik karya seni rupa membuat suatu anyaman. Tak hanya itu, dijelaskan juga bahwa sebuah anyaman tidak semata-mata dibuat untuk esensi keindahan, melainkan banyak sisi filosofis lainnya yang mampu menggambarkan budaya dan gagasan pengrajinnya. 2. Teknik Mozaik Teknik karya seni rupa dua dimensi selanjutnya adalah mozaik. Corak ini mungkin tidak asing bagi beberapa dari Anda. Diketahui bahwa mozaik merupakan gambar yang tersusun atas kepingan-kepingan partikel seperti kaca, batu, atau benda padat lainnya. Teknik mozaik adalah teknik pembuatan seni lukis dengan menempelkan pecahan atau lempengan kaca berwarna-warni. Definisi lukisan akan menonjol dari pola susunan dan komposisi warna. Jika diulik dari kacamata sejarah, ternyata mozaik sudah ada sejak abad ke-3 SM. Salah satunya penemuan lukisan mozaik pada kuil yang berada di Abra, Mesopotamia. 3. Teknik Dussel Teknik karya seni rupa ini juga dikenal dengan istilah teknik gosok.’ Ahmad 2004 menjelaskan bahwa teknik dusel adalah teknik menggambar atau mengarsir dengan cara digosok, baik dengan kapas atau tangan. Seniman dapat mengatur gelap dan terang dari objek yang digambar menggunakan media yang digoreskan ke kertas atau kanvas. Selain itu, teknik dussel juga biasa dilakukan menggunakan pensil. Singkatnya, teknik dussel dilakukan dengan cara mengarsir kertas atau kanvas. Tergantung dengan tekanan yang diberikan, hal tersebut akan menimbulkan efek gelap dan terang, sama halnya dengan dussel menggosok. Lukisan akan terlihat lebih dramatis dengan gradasi yang menimbulkan efek ilusi tiga dimensi. 4. Teknik Aquarel Dikutip dari situs resmi Kemdikbud, teknik aquarel merupakan teknik yang digunakan baik dalam menggambar maupun melukis dengan sapuan dan paduan warna yang tipis, transparan, dan tembus pandang. Perlu diperhatikan bahwa penyapuan harus dilakukan dengan tekanan yang rendah agar hasilnya terlihat lembut dan tidak mencolok. Dalam jurnal yang diterbitkan oleh Universitas Persada Indonesia, terdapat penjelasan mengenai ciri-ciri teknik aquarel. Di antaranya adalah cat harus dicampur dengan air, mudah mongering, ekspresif dan spontan, tidak dapat menutup warna atau media yang terlapisi cat air agar warna dasarnya tidak hilang, transparan, sensitif terhadap udara sekitar karena tipis, mudah dibersihkan, tidak berbau menyengat, warna cerah dan segar, juga disebut dengan teknik fresco. 5. Teknik Pointilis Teknik karya seni rupa berikut ini adalah teknik pointilis. Adapun lukisan atau gambar yang dibuat dengan teknik ini termasuk ke dalam aliran pointilisme. Teknik pointilis adalah teknik melukis dengan menghubungkan titik-titik yang membentuk sebuah objek. Menariknya, pointilis akan menghasilkan lukisan yang akan menimbulkan ilusi mata. Berbeda hari teknik lain, teknik lebih menonjolkan pada penyusunan komposisi warna yang disusun dengan titik-titik. Jika melihat dari sejarah, ternyata pointilisme pertama kali hadir dengan sebutan Divisionism’. Pada abad ke-19, aliran ini dikembangkan oleh George Surat. Kala itu, diketahui bahwa pointilisme merupakan cabang dari Impresionisme, yaitu aliran yang relatif menonjolkan pencahayaan dengan permainan warna. 6. Teknik Plakat Teknik karya seni rupa dua dimensi satu ini adalah teknik plakat, yaitu kebalikan dari teknik aquarel. Sama-sama dengan cara sapuan, teknik plakat akan lebih menonjolkan objek dibanding gambar pada latar belakangnya. Lukisan dengan teknik plakat akan relatif lebih mencolok dibanding aquarel. Pencampuran cairan cat juga lebih tebal dan pekat. Teknik ini cocok dengan seniman yang berani dan suka warna-warna mencolok. Namun, perlu diperhatikan bahwa lukisan akan rentan terlihat heboh’ dan ramai.’ Maka dari itu, Anda juga harus selektif dalam memilih cat dan melakukan teknik penyapuan.

Apresiasikarya seni rupa modern/kontemporer Indonesia. Karya seni rupa modern/kontemporer di Indonesia beragam bentuk, jenis, dan corak, antara lain berupa karya seni rupa dua dimensi: seni lukis, grafis, batik, dll; tiga dimensi: seni patung, keramik, seni instalasi, dll. Dengan kreativitas masing-masing, para seniman Indonesia menciptakan
Seni rupa kontemporer merupakan salah satu cabang seni rupa yang udah dipengaruhi oleh dampak dari sebuah modernisasi. Seni rupa kontemporer juga bisa diartikan sebagai seni yang gak terikat oleh zaman atau aturan – aturan kuno dan selalu mengikuti trend perkembangan zaman. Kata “Kontemporer” ini berasal dari kata “co” bersama dan “tempo” waktu. Jadi, menegaskan kalo seni kontemporer yaitu karya yang secara tematik merefleksikan situasi waktu yang sedang dilalui atau pendapat yang mengatakan kalo seni rupa kontemporer adalah seni yang melawan tradisi modernisme Barat. Buat lebih jelasnya, yuk langsung simak ulasan yang ada dibawah ini. Sejarah Seni Rupa KontemporerCiri – Ciri Seni Rupa KontemporerMacam – Macam Seni Rupa Kontemporer1. Seni Lingkungan2. Seni Rupa Pertunjukan3. Seni Instalasi4. Seni VideoContoh Karya Seni Rupa Kontemporer1. The Dream2. Air Pollution Knalpot3. Ice of Telephone4. Sunrise Di Indonesia, istilah kata kontemporer udah muncul sejak tahun 70-an. Tokoh yang pertama kali memakai kata tersebut adalah Gregorius Sidharta Soegijo Yogyakarta, 30 November 1932 sampai Surakarta, 04 Oktober 2006 yang dipakai buat menamai karya seninya. Gregorius Sidharta Soegijo adalah seorang seniman patung yang sangat terkenal di Indonesia dan bahkan karya seninya juga udah sangat mendunia. Karya seni Gregorius Sidharta Soegijo yang mendunia tersebut adalah “Tangisan Dewi Betari” dan “Tonggak Samudra”. Sejak saat itu, istilah kontemporer banyak dipakai oleh pematung di Indonesia buat menamai karya seni mereka dan sering diperbarui atau disesuaikan dengan perkembangan zaman. Ada beberapa tokoh yang ikut serta meramaikan istilah kontemporer di Indonesia, diantaranya yaitu Heri Dono Eddie Hara Tisna Sanjaya Agus Suwage Nindityo Arahmaiani Tita Rubi Mella Jaarsma. Christo Saptoadi Nugroho Jim Supangkat Dadang Christanto FX. Harsono Ciri – Ciri Seni Rupa Kontemporer Lumayan sulit buat menentukan apakah suatu lukisan atau karya tergolong ke dalam seni kontemporer atau bukan. Tapi, kamu bisa nih mengetahuinya dari beberapa ciri – ciri yang ada dibawah ini Terbentuk dari inspirasi recycle yang sangat indah. Gak terikat zaman. Bersifat bebas, gak tersekat atau terikat oleh disiplin – disiplin seni masa lalu. Cenderung lebih disukai media massa. Meleburnya batas – batas antara seni lukis, patung, grafis, karya, teater, tari, music, sampai aksi politik. Mempunyai arti yang sangat mendalam. Karya seni atau lukisan mengikuti perkembangan zaman. Terlihat unik dan modern atau gak kuno. Macam – Macam Seni Rupa Kontemporer Berikut dibawah ini ada beberapa macam – macam dari seni rupa kontemporer, diantaranya yaitu 1. Seni Lingkungan Di tahun 1960an sampai 1970an ada kecenderungan para seniman buat memanfaatkan lingkungan alam sebagai bagian atau bahkan inti dari karya seni yang digagasnya. Para seniman mengusung dua tujuan utama, yaitu penolakan atas komersialisasi seni dan mendukung gerak cinta lingkungan. Nama yang diberikan pada konsep seni rupa yang melibatkan alam ini adalah Seni Lingkungan. Para perupa Indonesia Teguh Ostenrik pernah membuat sebuah piramid dari sampah plastik yang dipadatkan sebagai keprihatinan pada masalah sampah di negara kita. Kemudian, Dadang Christanto dengan karyanya berjudul 1001 Manusia Tanah dengan isi menggugat persoalan tanah. Seribu patung fiberglass serat kaca diletakkan di pinggir pantai Marina, Ancol dan dirinya sebagai satu patung yang bergerak. 2. Seni Rupa Pertunjukan Pada tahun 1960an, seni rupa Pertunjukan atau Performance Art mulai berkembang dan bersifat mendunia. Istilah kecenderungan dalam seni ini berkaitan dengan body art, actions, fluxus, feminist art, dan happenings. Konsep utama para perupa yaitu kalo diperlukan media ekspresi baru yang bisa memadukan aspek gerak dan bunyi dengan aspek rupa. Elemen – elemen musik, tari, teater, dan video juga turut membentuk cabang seni yang unik dan menganggap peristiwa seni yang paling utama dalam hal ini. Pada pertunjukkannya, aspek improvisasi yang teatrikal sangat menguat jadi terkadang agak sulit buat dimengerti oleh penonton. Bahkan ada saatnya penonton juga dilibatkan sebagai bagian dari karya yang dilangsungkan. 3. Seni Instalasi Sejak tahun 1970 seni instalasi Installation berkembang di Amerika Serikat dan juga di Eropa. Makna seni Instalasi erat terkait dengan lokasi dimana karya ini dipasang dan dipamerkan, baik di galeri biasa atau di tempat tertentu bedasarkan konsep sang perupa. Karya yang dipamerkan gak buat dijual, karena objeknya bisa berupa apa aja. Seni instalasi juga tumbuh di Indonesia dan pertama muncul pada saat Gerakkan Seni Rupa baru muncul di tahun 1975. Saat itu ada keinginan dari para perupa muda seperti Nyoman Nuarta, Jim Supangkat, B. Munni Ardhi, FX Harsono, dan Hardi buat menampilkan karya yang gak lagi tersekat seperti seni patung, lukis, atau design. Pada saat ini, seni instalasi digiatkan oleh banyak perupa seperti Tisna Sanjaya, Krisna Murti, Andar Manik, Teguh Ostenrik, Dadang Christanto, dan Heri Dono. 4. Seni Video Di pertengahan tahun 1960an, istilah seni video atau yang sering disebut dengan video art ini mulai berkembang. Seni video merupakan karya rekaman video yang dibuat oleh seorang perupa dan pengaruhnya bersifat Internasional, termasuk ke Indonesia. Di Indonesia, perupa Krisna Murti merupakan salah seorang tokoh penting dalam seni baru ini. Pada praktiknya juga karya rekaman videoseni ini kadang jadi elemen Seni Instalasi atau Seni Rupa Pertunjukan. Kecenderungan para perupa buat memanfaatkan teknologi sebagai media berekspresi melahirkan beragam bentuk seni rupa alternatif yang inovatif atau baru sama sekali. Sebuah karya atau peristiwa seni yang berlangsung di belahan dunia berbeda bisa dikunjungi secara langsung on-line melalui layar monitor. Contoh Karya Seni Rupa Kontemporer 1. The Dream Lukisan dengan judul karya “The Dream” ini adalah lukisan karya Pablo Picasso. Media yang dipakai yaitu kanvas, sedangkan alat yang dipakai yaitu cat minyak, kuas, dan palet. Lukisan ini menggambarkan sosok wanita yang mencari jati diri dan diciptakan sebagai pajangan atau hiasan, jadi termasuk ke dalam fine art atau karya seni rupa murni. Dari penilaian pribadi, penulis gambar lukisan ini cukup menarik karena memakai warna – warna terang seperti kuning atau oren, dan sedikit warna putih pada background. 2. Air Pollution Knalpot Karya indah berupa knalpot motor yang dibuat menyerupai bola di samping merupakan karya seniman asal Indonesia Made Wianta. Karya bertajuk Air Pollution tersebut terinspirasi dari banyaknya penggunaan motor di Asia Tenggara, Termasuk Indonesia yang tentu menyebabkan polusi udara dan Karya Seni tersebut, termasuk ke dalam karya seni murni dengan media yang dipakai yaitu knalpot motor. 3. Ice of Telephone Patung berjudul “Ice Of Telephone” yaitu karya Mark Jenis dan media yang dipakai yaitu es batu, sedangkan alat yang dipakai yaitu alat pembentuk es batu. Patung ini termasuk ke dalam fine art, karena meskipun berbentuk telepon umum tapi patung tersebut gak bisa dipakai sesuai bentuknya. Patung ini termasuk ke dalam karya seni rupa tiga dimensi. Menurut penilaian pribadi penulis karya seni di samping terlihat kurang menarik karena bentuk yang gak sesuai antara tempat telepon dan karya seni itu sendiri jadi kurang enak di pandang. Background yang dipakai dalam mengambil foto juga terlihat gak selaras dengan patung. 4. Sunrise Lukisan karya Claude Monet yang berjudul “Sunrise” menggambarkan penampakan sebuah objek yang berbah seiring berubahnya posisi matahari. Media yang dipakai yaitu kanvas, sedangakan alat yang dipakai yaitu cat minyak, kuas, dan juga palet. Lukisan tersebut termasuk ke dalam karya seni fine art karena dibuat hanya untuk kepuasan pribadi pembuatnya. Menurut penilaian pribadi penulis, lukisan tersebut di buat dengan teknik impresionisme atau melukis cepat, terlihat dari bentuk objek perahu yang gak realistis, tapi meski begitu lukisan ini terlihat elegan dengan perpaduan warna yang enak dilihat. Itulah sedikit penjelasan mengenai seni rupa kontemporer yang bisa kamu ketahui dan juga pelajari dirumah ataupun disekolah 😀 Originally posted 2020-05-29 020418.
Dikutipdari buku Montase dalam Pembelajaran oleh Nurul Aini, dkk (2018), montase merupakan suatu karya seni berupa teknik menggabungkan beberapa gambar yang berbeda menjadi sebuah komposisi gambar akhir yang menarik. Seni menempel gambar ini dinilai mampu mengasah kreativitas anak-anak maupun orang dewasa. Agar semakin paham, kamu perlu menyimak contoh karya montase di bawah ini.
Seni Rupa Kontemporer – Pengertian, Ciri, Keunikan, Apresiasi, Macam, Contohnya Salah satu cabang seni yang terpengaruh dampak modernisasi. Kontemporer itu artinya kekinian, modern atau lebih tepatnya adalah sesuatu yang sama dengan kondisi waktu yang sama atau saat ini. Pengertian Seni Kontemporer Seni Kontemporer adalah salah satu cabang seni yang terpengaruh dampak modernisasi. Kontemporer itu artinya kekinian, modern atau lebih tepatnya adalah sesuatu yang sama dengan kondisi waktu yang sama atau saat ini, jadi seni kontemporer adalah seni yang tidak terikat oleh aturan-aturan zaman dulu dan berkembang sesuai zaman sekarang. Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan Pengertian Akhlak – Tujuan, Jenis, Ruang, Lingkup, Faktor, Karimah, Perbedaan Lukisan kontemporer adalah karya yang secara tematik merefleksikan situasi waktu yang sedang dilalui. Misalnya lukisan yang tidak lagi terikat pada Rennaissance. Begitu pula dengan tarian, lebih kreatif dan modern. Kata “Kontemporer” yang berasal dari kata “co” bersama dan “tempo” waktu. Sehingga menegaskan bahwa seni kontemporer adalah karya yang secara tematik merefleksikan situasi waktu yang sedang dilalui. Atau pendapat yang mengatakan bahwa “seni rupa kontemporer” adalah seni yang melawan tradisi modernisme Barat. Seni Kontemporer adalah perkembangan seni yang terpengaruh dampak moderenisasi dan digunakan sebagai istilah umum sejak istilah Contemporary Art berkembang di Barat sebagai produk seni yang dibuat sejak Perang Dunia II. Istilah ini berkembang di Indinesia seiring beragamnya teknik dan medium yang digunakan untuk memproduksi suatu karya seni, juga karena telah terjadi suatu percampuran antar praktek suatu disiplin yang berbeda, pilihan artistic, dan pilihan presentasi karya yang tidak terikat batas-batas ruang dan waktu. Ciri-ciri Seni Kontemporer Sesuai dengan pengertian seni kontemporer di atas, kita dapat mengetahui apakah suatu karya tergolong hasil seni kontemporer atau bukan melalui beberapa ciri. Ciri-ciri seni kontemporer tersebut antara lain Tidak terikat aturan atau pakem seni rupa zaman dulu Berkembang sesuai zaman Tidak ada sekat antar berbagai disiplin seni Meleburnya batas-batas antara seni lukis, seni patung, grafis, omong kosong, anarki, hingga aksi politik Memiliki gairah dan nafsu “moralistik” Cenderung diminati media massa Sering dijadikan komoditas pewacanaan Keunikan Gagasan dan Teknik Seni Kontemporer Gagasan adalah ide kreatif dalam penciotaan suatu karya. Gagasan/ide dalam seni rupa merupakan buah pikaran untuk menciptakan suatu karya seni rupa. Gagsan untuk membuat suatu karya akan tercetus bika disebabkan karena kebutuhan jasmani dan rohani. Keunikan gagasan berkarya seni rupa kontemporer adalah selalu menggali inspirasi dan berkreasi/menciptakan sesuatu yang baru. Kreativitas seni rupa kontemporer memiliki ciri-ciri sebagai berikut Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan Definisi Sistem Pemerintahan 2 Kamar Beserta Contohnya Unik tidak memiliki persamaan dengan karya seni lainnya Individual bersifat pribadi atau perseorangan Universal diperuntuk semua orang atau masyarakat luas Ekspresif ungkapan perasaan atau curahan jiwa Survival berlangsung sepanjang zaman/abadi Teknik adalah cara yang digunakan untuk mengolah suatu media dalam penciptaan suatu karya. Teknik berkarya seni rupa kontemporer sangat dipengaruhi oleh bahan dan alat yang digunakan membuat karya seni. Teknik berkarya seni rupa kontemporer dapat juga dipengaruhi oleh kreativitas seseorang dalam proses pengerjaan, sehingga terjadilah keunikan teknik berkarya. Apresiasi karya seni rupa kontemporer Indonesia Karya seni rupa modern/kontemporer di Indonesia beragam bentuk, jenis, dan corak, antara lain berupa karya seni rupa dua dimensi seni lukis, grafis, batik, dll; tiga dimensi seni patung, keramik, seni instalasi, dll. Dengan kreativitas masing-masing, para seniman Indonesia menciptakan suatu karya seni rupa sebagai Kreativitas para seniman Indonesia telah meramaikan perkembangan seni rupa di Indonesia. Munculnya berbagai karya seni rupa menyebabkan terjadinya komunikasi apresiasi untuk memahami makna yang tersirat di baik karya-karya para seniman Indonesia tersebut. Apresiasi adalah penghargaan atau penilaian. Apresiasi seni rupa adalah kegiatan dalam menilai atau memberi penghargaan terhadap karya-karya seni rupa. Apresiasi terhadap karya-karya seni rupa dapat ditunjukkan dengan sikap empati berupa ungkapan kata-kata atau tanggapan secara lisan/tertulis. Beberapa seniman mengkomunikasikan pesan-pesan melalui hasil karyanya dengan cara vulgar dan mudah dipahami, akan tetapi ada pula yang mengkomunikasikan karyanya melalui simbol-simbol yang mengandung makna tertentu. Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan 25 Contoh Lembaga Pendidikan Fungsi, Pengertian, Ciri Kegiatan apresiasi dapat digolongkan menjadi tiga tingkatan, yaitu Apresiasi simpatik adalah merasakan tingkat keindahan suatu karya berdasarkan pengamatan kasat mata, seperti suka atau tidak suka. Apresiasi empatik/estetik adalah merasakan secara mendalam nilai estetik yang tersirat dalam suatu karya, seperti ada perasaan kagum atau terharu. Apresiasi kritis adalah apresiasi yang disertai analisis terhadap suatu karya dengan mempertimbangkan gagasan, teknik, unsur-unsur rupa, dan kaidah-kaidah komposisi seni rupa. Pendekatan/metode dalam melakukan apresiasi karya seni rupa, yaitu Deskriptif paparan secara obyektif Analitis paparan berdasarkan kaidah-kaidah estetika Interpretatif paparan berdasarkan sudut pandang pengamat Penilaian paparan dengan pengukuran nilai Interdisiplin berbagai disiplin keilmuan Macam – macam Seni Yang Mengandung Seni Kontemporer Seni Lingkungan Pada pertumbuhan seni rupa kontemporer di pertengahan tahun1960an hingga 1970an ada kecenderungan para perupa untukmemanfaatkan lingkungan alam sebagai bagian atau bahkan inti darikarya seni yang digagasnya. Mereka mengusung dua tujuan utama,yakni penolakan atas komersialisasi seni dan mendukung gerakancinta lingkungan. Nama yang diberikan kepada konsep seni yangmelibatkan alam ini adalah Seni Indonesia Teguh Ostenrik pernah membuat sebuah piramiddari sampah plastik yang dipadatkan sebagai keprihatinannya padamasalah sampah di negara kita. Hal yanglain dilakukan Dadang Christanto dengan karyanya berjudul 1001Manusia Tanah dengan isi menggugat persoalan tanah. Seribu patung fiberglass serat kaca diletakkan di pinggir pantai Marina, Ancol dandirinya sebagi satu patung bergerak. Seni Rupa Pertunjukan Seni Rupa Pertunjukan atau Performance Art mulai berkembang padaakhir tahun 1960an dan bersifat mendunia. Istilah kecenderungandalam seni ini berkaitan dengan Body Art , Happenings , Actions ,Fluxus, dan Feminist Art. Konsep utama para perupanya adalah bahwadiperlukan media ekspresi baru yang dapat memadukan aspek gerakdan bunyi dengan aspek rupa. Elemen-elemen musik, tari, teater, danvideo pun turut membentuk cabang seni yang unik dan menganggapperistiwa senilah yang paling utama dalam hal ini. Padapertunjukannya, aspek improvisasi yang teatrikal amat menguatsehingga terkadang agak sulit dimengerti penonton. Bahkan adakalanya penonton pun dilibatkan sebagai bagian dari karya Indonesia, gejala yang sama muncul pula di kalangan perupa mudayang tinggal di kota-kota besar. Ada yang mengangkat isu lingkunganyang makin rusak seperti dilakukan Tisna Sanjaya ;Yoyo Yogasmana banyak mengeksplorasi tubuhnya; Nindityo Adipurnomo yang seringmengangkat lambang tradisi Jawa; Nyoman Erawan yang berangkatdari akar tradisi Bali; Arahmaiani dengan tanggapannya atasglobalisasi; dan perupa Iwan Wijono. Seni Instalasi Seni Instalasi Installation berkembang sejak tahun 1970an terutamadi Amerika Serikat dan juga seni Instalasi erat terkait dengan lokasi di mana karya inidipasang sekaligus dipamerkan, baik di galeri biasa maupun di tempattertentu berdasarkan konsep sang perupa. Karya yang dipamerkanumumnya tidak untuk dijual karena objeknya dapat berupa apa sajaseperti dengan memanfaatkan ribuan kertas yang disusun sedemikianrupa di dalam sebuah ruangan sehingga mirip lingkungan di bawah airatau dunia Instalasi juga tumbuh di Indonesia dan mula-mula muncul padasaat Gerakan Seni Rupa Baru muncul pada tahun 1975. Saat itu adakeinginan dari para perupa muda seperti FX Harsono, Hardi, B. MunniArdhi , Nyoman Nuarta, dan Jim Supangkat untuk menampilkan karya yang tidak lagi tersekat seperti seni lukis, patung, atau desain. Padamasa kini Seni Instalasi digiatkan oleh banyak perupa seperti HeriDono, Tisna Sanjaya, Dadang Christanto, Krisna Murti, Andar Manik, dan Teguh Ostenrik. Tisna Sanjaya melalui Seni Instalasinya yangberjudul “Pohon Tidak Tumbuh Tergesa” menanam seribu pohonmahoni di Bandung dan Solo sebagai bentuk daya kritisnya selakuperupa atas kebijakan pemerintah yang dinilai tidak berpihak kepadakelestarian lingkungan. Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan Teks Debat Seni Video Istilah Seni Video merupakan terjemahan dari Video Art yang mulai berkembang pada pertengahan tahun 1960an. Seni Video adalahkarya rekaman video yang dibuat oleh seorang perupa. Pengaruhnya bersifat internasional, termasuk ke Indonesia perupa Krisna Murti adalah salah seorang tokohpenting seni baru ini. Pada praktiknya pula karya rekaman videoseni ini kadang menjadi elemen Seni Instalasi atau Seni para perupa untuk memanfaatkan teknologi sebagaimedia berekspresi melahirkan beragam bentuk seni rupa alternatif yang inovatif atau baru sama sekali. Sebuah karya atau peristiwaseni yang berlangsung di belahan dunia berbeda dapat dikunjungisecara langsung on-line melalui layar monitor. Sebagai contoh, Maki Ueda, seorang perupa kontemporer dari Jepang membuatsebuah proyek seni “Hole in the Earth” hasil kerja sama dengan mitranya di Belanda. Ueda menempatkan sebuah monitor dankamera di Pesantren Daarut Tauhid pimpinan Aa Gym di Bandung dimana para pengunjung dapat berkomunikasi secara langsungdengan siapapun yang kebetulan melakukan hal yang sama diRotterdam Belanda. Dengan begitu kontak antarmanusia kini tidaklagi terbatasi ruang dan waktu. Contoh Karya Seni Kontemporer Dan Gambarnya The Dream Lukisan dengan judul karya “The Dream” ini merupakan lukisan karya Pablo Picasso. Media yang digunakan adalah kanvas, sedangkan alat yang digunakan yaitu cat minyak, kuas, dan palet. Lukisan ini menggambarkan sosok wanita yang mencari jati diri dan diciptakan sebagai pajangan / hiasan sehingga termasuk ke dalam fine art / karya seni rupa murni. Dari penilaian pribadi penulis gambar lukisan disamping cukup menarik karena menggunakan warna-warna terang seperti kuning dan oren, dan sedikit warna putih pada background. Sunrise Lukisan karya Claude Monet yang berjudul “Sunrise” ini menggambarkan penampakan sebuah objek yang berbah seiring berubahnya posisi matahari. Media yang digunakan adalah kanvas, sedangakan alat yang digunakan adalah cat minyak, kuas dan palet. Lukisan tersebut termasuk ke dalam karya seni fine art karena dibuat hanya untuk kepuasan pribadi pembuatnya. Menurut penilaian pribadi penulis, lukisan tersebut di buat dengan teknik impresionisme atau melukis cepat, terlihat dari bentuk objek perahu yang tidak realistis, namun meskipun begitu lukisan ini terlihat elegan dengan perpaduan warna yang enak dilihat. Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan Pengertian Sistem Sosial Budaya Indonesia Menurut Para Ahli Budaya Ice Of Telephone Patung berjudul “Ice Of Telephone” ini meruapakan karya Mark Jenis. Media yang digunakan adalah es batu, sedangkan alat yang digunakan adalah alat pembentuk es batu. Patung ini termasuk ke dalam fine art karena meskipun berbentuk telepon umum namun patung tersebut tidak dapat digunakan sesuai bentuknya. Patung ini termasuk ke dalam karya seni rupa tiga dimensi. Menurut penilaian pribadi penulis karya seni di samping terlihat kurang menarik karena bentuk yang tidak sesuai antara tempat telepon dan karya seni itu sendiri sehingga kurang enak di pandang. Background yang digunakan dalam mengambil foto juga terlihat tidak selaras dengan patung. Air Pollutio Karya indah berupa knalpot motor yang dibuat menyerupai bola di samping merupakan karya seniman asal Indonesia Made Wianta. Karya bertajuk Air Pollution tersebut terinspirasi dari banyaknya penggunaan motor di Asia Tenggara, termasuk Indonesia yang tentu menyebabkan polusi udara. Karya Seni tersebut termasuk ke dalam karya seni murni dengan media yang digunakan adalah knalpot motor. Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan √ Pengertian Integrasi Nasional Menurut Para Ahli Serta Contohnya Lengkap Mungkin Dibawah Ini yang Kamu Cari
  1. Κ ոл
    1. Нιбፊрαχу етθвси օ дուвоча
    2. Шаδа ኖебрεшац ቱኻ ቦπቾ
    3. Аዙև жуχебωςιлω ርбокο
  2. Отвጉ ኑጯևчин
Berikutadalah aliran-aliran seni rupa pramodern yang bertahan hingga saat ini. 1. Aliran Primitivisme. Primitivisme merupakan corak karya seni rupa yang memilik beberapa sifat diantaranya bersahaja, sederhana, naif, jujur, spontan, baik dari segi penggarapan bentuk maupun pewarnaannya. Seniman bebas dari belenggu profesionalisme, teknik Klik tombol Play untuk mendengarkan artikel - Mari kita simak bersama informasi tentang seni rupa kontemporer, mulai dari pengertian, sejarah, ciri hingga contohnya. Seni rupa kontemporer merupakan karya seni rupa yang proses penciptaannya mempunyai keterikatan dengan berbagai konteks, seperti seniman yang membuat, ruang dan waktu, sasaran karya dan medan pembuatannya. 1. Pengertian Seni Rupa Kontemporer Kontemporer berasal dari Bahasa Inggris yaitu 'contemporary' yang artinya apa-apa atau mereka yang hidup di masa yang bersamaan menurut D. Maryanto, 2000. Dengan demikian, seni rupa kontemporer memiliki sifat kekinian atau modern, karena karya yang dibuat diciptakan di masa yang lebih baru. Seni kontemporer mulai berkembang di Barat sejak Perang Dunia II, berkembang di Tanah Air dan memiliki beragam teknik dalam pembuatannya. Baca Juga Jenis-Jenis Pameran Lengkap dengan Fungsi dan Tujuannya 2. Sejarah Seni Kontemporer Seni kontemporer mulai diproduksi pada paruh kedua abad 20 atau pada abad ke-21. Seni kontemporer mencerminkan adanya sebuah kebebasan atau tak terikat dengan turan dalam menentukan sebuah tema, media atau teknik produksi.
C Unsur-unsur Karya Seni Rupa Kontemporer. · Eksperimen. · Pembaruan (Inovation) · Kebaruan (Novelty) · Orisinalitas. D. Fungsi dan Tujuan Karya Seni Rupa Kontemporer. · Memberi warna baru terhadap kebutuhan manusia baik secara fisik maupun psikis. · Meningkatkan popularitas para seniman, karena seni modern selalu menyertakan nama
ArticlePDF Available AbstractDemikian banyak serangan terhadap Lukisan Realis, yaitu dengan munculnya teknik fotografi, dan kemunculan seni rupa non-objektif yang berlatar belakang Perang Dingin antara Amerika dan Rusia. Banyak seniman dan kritikus merasakan Realisme sudah tidak memadai lagi mewakili semangat baru setelah Perang Dunia II. Kekecewaan pada Perang dan juga Rasionalitas, membuat Adorno menolak seni yang indah-indah dan menyenangkan dari gaya Realisme. Seniman yang berjaya pada tahun 1950-an adalah seniman yang menolak kredo seni yang sudah lampau, seperti 'seni untuk rakyat' atau seni untuk reformasi sosial’, sebagai gantinya mereka memilih pada ekspresi pribadi dan keterasingan sosial. Tren seperti itu terjadi dalam dunia filsafat, bahwa teori kebenaran korespondensi yang didasarkan kesesuaian atas realitas, sudah ditinggalkan. Para filsuf itu menggantikannya dengan Filsafat Bahasa. Namun dalam setiap periode, seni bergaya realisme selalu muncul kembali dalam bentuk-bentuknya yang baru, seperti Pop Art, Realisme Foto, Super realisme dan Hyperrealism. Artikel ini ingin menggambarkan bagaimana realisme ditolak dan dengan jalan apa realisme selalu muncul kembali beserta penyebabnya dan juga pada bagian akhir akan mengulas perkembangan Hyperrealism di Indonesia. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Volume 9 Nomor 1 Oktober 2020 181 Kembalinya Realisme Seni Kontemporer sebagai Penyebab Kemunculan Seni Rupa Realisme di Setiap Zaman Indonesian Institute of The Arts of Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia Disetujui 30 Agustus 2020 ABSTRAK. Demikian banyak serangan terhadap Lukisan Realis, yaitu dengan munculnya teknik fotografi, dan kemunculan seni rupa non-objektif yang berlatar belakang Perang Dingin antara Amerika dan Rusia. Banyak seniman dan kritikus merasakan Realisme sudah tidak memadai lagi mewakili semangat baru setelah Perang Dunia II. Kekecewaan pada Perang dan juga Rasionalitas, membuat Adorno menolak seni yang indah-indah dan menyenangkan dari gaya Realisme. Seniman yang berjaya pada tahun 1950-an adalah seniman yang menolak kredo seni yang sudah lampau, seperti 'seni untuk rakyat' atau seni untuk reformasi sosial’, sebagai gantinya mereka memilih pada ekspresi pribadi dan keterasingan sosial. Tren seperti itu terjadi dalam dunia filsafat, bahwa teori kebenaran korespondensi yang didasarkan kesesuaian atas realitas, sudah ditinggalkan. Para filsuf itu menggantikannya dengan Filsafat Bahasa. Namun dalam setiap periode, seni bergaya realisme selalu muncul kembali dalam bentuk-bentuknya yang baru, seperti Pop Art, Realisme Foto, Super realisme dan Hyperrealism. Artikel ini ingin menggambarkan bagaimana realisme ditolak dan dengan jalan apa realisme selalu muncul kembali beserta penyebabnya dan juga pada bagian akhir akan mengulas perkembangan Hyperrealism di Indonesia. Kata Kunci Hyperrealism; Photography; Pop Art; Photo realism; Superrealism Kembalinya Realisme Seni Kontempore sebagai Penyebab Kemunculan Seni Rupa Realisme di Setiap Zaman Anna Susilowati 182 PENDAHULUAN Realisme didefinisikan sebagai suatu cara penggambaran manusia atau benda-benda dengan cara akurat yang sesuai dengan kehidupan nyata. Realisme juga merupakan suatu sikap praktis yang menerima situasi apa adanya. Di dalam seni rupa sering kali realisme disamakan dengan naturalisme, yang memberikan perhatian dengan penggambaran alam secara akurat dan objektif. Dan menolak suatu subjek atau benda-benda yang secara sengaja pelukisannya dibuat atraktif. Penolakan itu dilakukan demi untuk mendapatkan kejujuran dan hanya menginginkan perlakuan yang tidak diidealisasikan atas kehidupan. Pengertian realisme seperti ini berlaku pada gerakan seni di Perancis abad 19, yang direpresentasikan oleh lukisan-lukisan Jean Desire Gustave Courbet 1819-1877. Courbet memimpin gerakan Realisme dalam lukisan Perancis abad 19. Ia berkomitmen hanya melukis apa yang dapat ia lihat. Courbet menggambar lanskap, perburuan, ketelanjangan, dan alam benda, namun sedikit sekali menggambar karakter politik. Ia memenangkan medali emas untuk ekshibisi lukisan tahunan Paris Salon, pada tahun 1848. Realisme seharusnya sudah berakhir ketika masa Seni Rupa Modern dimulai, yang dipelopori oleh Paul Cezanne Read, 1991 . Sejak Cezanne, realisme digantikan dengan Kubisme dan kemudian Abstrak Ekspresionisme. Namun kita mengetahui bahwa realisme muncul kembali. Pada tahun 1960-an, melalui gerakan Pop Art, Andy Warhol memindahkan kaleng-kaleng sup Campbell ke dalam kanvas. Dan selanjutnya, pada akhir 1960-an muncul gerakan Realisme Foto Photorealism, di mana seniman berusaha menghasilkan salinan gambar yang dipotret dengan tepat. Beberapa seniman menggunakan proyektor untuk memproyeksikan hasil foto itu ke kanvas, dan menggunakan teknik air brush untuk mendapatkan kedetailan dalam lukisan. Berbeda dengan Andy Warhol yang masih terasa lukisannya dua dimensi, maka Realisme Foto dapat membuat pemirsa terkecoh bahwa apa yang dilihatnya itu sebenarnya adalah sebuah lukisan. Chuck Close 1940 - adalah salah satu pelopor yang menggunakan teknik fotografi sebagai acuan dalam berkarya. Chuck Close banyak melukis wajah dengan kanvas besar yang didasarkan pada hasil fotografi yang dibuat di studionya. Lukisan Chuck Close, “Self Portrait” 1969 menjadi ikon dalam pencapaian pelukisan wajah secara detail dalam kanvas besar. Alasan di balik karya-karya Chuck Close sangat jelas ia membuat lukisannya sebagai pembesaran luar biasa atas hasil tembakan snapshot dari foto wajah manusia, dalam hal ini Kembalinya Realisme Seni Kontempore sebagai Penyebab Kemunculan Seni Rupa Realisme di Setiap Zaman Anna Susilowati 183 adalah foto teman-teman dan dirinya sendiri. Dan foto tersebut hanya terfokus pada bagian muka atau kepalanya saja yang diambil dari depan. Dalam menghasilkan karyanya, Chuck Close melakukan pengambilan foto yang tidak biasa, seperti menggunakan lensa yang lebar untuk memfokuskan pengambilan gambar pada daerah wajah yang spesifik demi membuat efek. Pada bagian ujung hidung, ia membuat hasil gambar yang blur tetapi pada tulang pipi ia buat gambar yang tajam. Close melakukan sistematisasi dan kodifikasi informasi pada gambar yang sebenarnya. Chuck Close melakukan intervensi atas gambar dan memberikan pengaruh dalam cara melihat, membuat interpretasi, dan juga memberikan arti atas gambar tersebut. Maksudnya agar ia dapat mengoyak pandangan orang yang tipikal atas wajah manusia yang biasa. Dengan itu Close menantang visi pemirsa atas realitas Smith, 2003. Namun di situlah daya tarik karya-karya Close, semakin pandai ia menjual sulapan’ artistik dengan permainan catnya, sehingga dapat mereplika realitas, semakin banyak orang tersihir dan ingin tahu teknik rahasia apa yang ada dibalik cara ia melukis Grenspun, 1998. Gerakan realisme ala Chuck Close itu sebenarnya sempat surut pada tahun 1980-an namun kemudian muncul kembali. Sebuah buku yang editorialnya disusun oleh Uta Grosenick dan Burkhard Riemschneider berjudul “Art Now, 81 Artist at the Rise of the New Millenium” yang diterbitkan tahun 2005, memperlihatkan gejala itu. Kita melihat ada Merlin Carpenter 1967-, John Currin 1962-, Peter Doig 1959-, Elizabeth Peyton 1965-, dan Richard Phillips 1962-, yang membuat karya lukis bergaya realisme, terselip di antara 81 seniman kontemporer yang berperan dalam 10 tahun terakhir. Dalam pengantarnya, Uta Grosenick dan Burkhard Riemschneider mengatakan bahwa para seniman itu dipilih dalam bukunya karena mereka sudah berpameran secara tunggal solo exhibition di institusi seni yang besar dan museum-museum seni rupa dunia. Mereka juga berperan dalam pameran-pameran kelompok yang penting dan karya mereka kerap ditampilkan pada galeri-galeri komersial Grosenick dan Riemschneider, 2005. Hal itu menunjukkan bahwa lukisan realis’ tetap saja eksis dalam percaturan seni rupa kontemporer. PEMBAHASAN 1. Bangkrutnya Seni Rupa Realisme Selama tahun 1940-an, pergeseran yang luar biasa terjadi dalam seni Amerika. Seni representasi dan realisme sosial, yang dominan selama zaman depresi, dikalahkan oleh aliran lukisan baru yang non-objektif. Jackson Pollock kemudian meninggalkan gaya naratif demi Kembalinya Realisme Seni Kontempore sebagai Penyebab Kemunculan Seni Rupa Realisme di Setiap Zaman Anna Susilowati 184 seni abstrak ekspresionisme non-objektif. Pollock dan gerakan avant-garde sesudah Perang, menolak minat generasi seniman sebelumnya terhadap 'seni untuk rakyat' dan reformasi sosial, sebagai gantinya ia berkonsentrasi pada ekspresi pribadi dan keterasingan sosial Doss, 2002. Robert M. Coates, seorang kritikus seni, menuliskan di The New Yorker, bahwa saat itu ada gaya melukis yang berkembang di Amerika, di antara gaya abstrak dan surealis, di mana cara mereka menorehkan catnya dilakukan dengan gaya yang bebas - mengayunkan kuas dengan percikan spattery, di mana gaya itu hanya bermodalkan sedikit gambaran tentang subjek - yang manifestasinya lebih sugestif ketimbang konkret - itulah metode ekspresionisme, yang sedang dikembangkan oleh Jackson Pollock, Lee Hersch, dan William Baziotes dan beberapa seniman lain dari kelompok ini Coates, 1944. Abstrak ekspresionisme kemudian merupakan gaya lukis yang sukses secara kultural karena adanya sentimen yang meluas terhadap seni representasional dari generasi sebelumnya yang sudah tidak memadai lagi mewakili semangat Amerika setelah Perang. Di tahun 1944, Pollock mengatakan bahwa karya seninya adalah suatu hal yang penting dalam melawan sistem reaksioner yang sudah terlalu kuat. Adolph Gotlieb 1903-1974, seorang pelukis abstrak ekspresionisme Amerika, juga mengamininya. Ia mengatakan, bahwa sangat perlu untuk mendobrak konsep yang mengesahkan 'lukisan baik' ketika itu. 'Lukisan baik' yang dimaksud adalah lukisan bergaya realisme. Ad Reinhardt 1913-1967 pada tahun 1946 membuat sebuah karikatur yang diberi judul "How to Look Art at Modern America" di mana digambarkan seni Modern secara detail. Dalam karikatur tersebut, dinyatakan bahwa hanya seni rupa Modern yang akan maju dan mendobrak, sementara seni rupa yang berasal dari generasi sebelumnya akan dikubur, dalam masa Perang Dingin antara Amerika dengan Rusia ketika itu Doss, 2002. Perkembangan aliran abstrak ekspresionisme banyak didorong oleh Clement Greenberg 1909-1994, seorang kritikus seni rupa yang ingin mengembangkan suatu bentuk seni baru yang khas Amerika. Ketika itu, di tahun 1950-an, perkembangan kebudayaan tidak terlepas dari konteks Perang Dingin antara Amerika dengan Rusia. Rusia saat itu terkenal dengan seni lukis dan patung realisme yang oleh penguasa kemudian dijadikan alat propaganda ideologi Komunisme. Sehingga abstrak ekspresionisme yang disokong Greenberg, dianggap sebagai antitesis atas seni bergaya realis dari Pemerintah Uni Soviet. Kembalinya Realisme Seni Kontempore sebagai Penyebab Kemunculan Seni Rupa Realisme di Setiap Zaman Anna Susilowati 185 Realisme Sosial berakar dari pemikiran Karl Marx dan Friedrich Engel tentang seni. Melacak pada tulisan-tulisan Marx awal, pada dasarnya tidak ada ide tentang seni dari mereka yang sampai ke tingkat detail operasional. Kadang-kadang mereka berpendapat seni itu benar-benar otonom, kadang pula mereka berpendapat lain, bahwa seni itu merupakan instrumen tindakan politik. Orang pertama yang serius menerjemahkan Marxisme dalam bidang seni dan budaya adalah Plekhanov 1856-1918. Menurutnya, menerjemahkan karya-karya seni ke bahasa sosiologi adalah mungkin. Isi dan bentuk karya seni ditentukan oleh berbagai cita rasa, kebiasaan dan kecenderungan massa. Namun pendapat yang lebih tegas justru datang dari Lenin 1870-1924, ia mengatakan estetika Marxist menjadi semacam teknologi indoktrinasi dan propaganda. Tujuannya adalah mengungkapkan bagaimana seni dan kesusastraan dapat digunakan untuk mengendalikan dan membentuk sikap-sikap politik Arvon, 1970. Setelah Perang Dunia II, ideologi kebudayaan Soviet yang menonjol adalah Andrei Zhdanov 1896-1948. Zhdanov pada tahun 1934 mengusulkan sebuah proposal ke Komite Pusat Partai Komunis, mengenai tuntutan agar seniman meninggalkan formalitasi dalam bentuk apa pun dan berhenti membuat karya yang membingungkan masyarakat. Sebaliknya, karya seni harus menyesuaikan diri dengan konsep Marxist sebagai bentuk kesetiaan kepada Partai. Adapun mengenai lukisan Soviet, tekanan ganda diberikan kepadanya, baik pilihan kepada tema dan judul lukisan-lukisan harus realistis’ Ikramulloh, 2010. Jadi jelaslah bahwa salah satu penyebab bangkrutnya seni rupa realisme tidak terlepas dari persaingan ideologi antara Amerika dan Rusia setelah Perang Dunia II usai. 2. Serangan Teknik Fotografi Terhadap Seni Rupa Realisme Perang Dunia II memang membawa kekecewaan bagi para filsuf, intelektual dan seniman. Kekecewaan pada Rasionalitas dan Sistematika ala renaisans yang ternyata tidak dapat menyelamatkan manusia dari penghancuran dan kebinasaan, membuat banyak dari mereka menolak Adorno adalah seorang filsuf yang termasuk tidak menyukai Realisme. Ketidaksukaan Adorno itu ternyata berakar pada masa lalunya. Dengan itu, kita dapat menelusurinya ke belakang, yaitu peristiwa Auschwitz. Bagi Adorno, setelah genosida Auschwitz, manusia tidak pantas lagi bersenang-senang. Seni yang indah-indah dan menyenangkan harus ditolak. Hal itu tercermin dalam suratnya kepada Max Horkheimer, Adorno pernah menulis, “to write poetry after Auschwitz is barbaric” Claussen, 2008. Kembalinya Realisme Seni Kontempore sebagai Penyebab Kemunculan Seni Rupa Realisme di Setiap Zaman Anna Susilowati 186 Sehingga dalam bukunya, Aesthetic Theory, Adorno menegaskan bahwa seni bukanlah alat untuk menghibur masyarakat, justru sebaliknya – seni merupakan antitesis dari masyarakat Adorno, 1997. Artinya, apa yang ingin digambarkan oleh Rusia bahwa seni harus mencerminkan masyarakat proletar ketika itu, dengan melukiskan para pekerja yang sedang giat membangun negara, justru ditolak sama sekali oleh Adorno. Sehingga lukisan abstrak ekspresionisme yang merupakan antitesis atas lukisan figuratif representasional menjadi jawaban atas teori estetika Adorno. Serangan lain terhadap Lukisan Realis datang dari dunia fotografi. Andre Bazin 1918-1958, seorang kritikus dari Perancis, menulis dalam esainya yang terkenal, “The Ontology of the Photographic Image”, bahwa sejak munculnya fotografi seharusnya seni lukis realis tidak perlu berhutang banyak pada kemiripan. Dalam mencapai tujuan seni zaman Barok, fotografi telah membebaskan seni rupa dari obsesi mereka akan kemiripan. Ternyata lukisan terpaksa menawarkan kepada kita ilusi akan kemiripan pada kenyataan dan ilusi ini sudah dianggap cukup bagi seni. Fotografi dan bioskop adalah penemuan yang memuaskan obsesi kita terhadap realisme. Betapa pun mahirnya sang pelukis, pekerjaannya selalu menghasilkan subjektivitas yang tak terhindarkan. Fakta bahwa adanya campur tangan manusia telah menimbulkan bayangan keraguan atas hasil suatu lukisan. Sekali lagi, faktor penting dalam transisi dari seni Barok ke fotografi bukanlah penyempurnaan dari proses fisik, melainkan terletak pada fakta psikologis. Yakni, fotografi telah memuaskan sepenuhnya selera kita akan ilusi pembuatan reproduksi yang dilakukan secara mekanis, bukan dikerjakan oleh manusia. Solusi itu tidak ditemukan dalam hasil yang dicapai tetapi dalam cara mencapainya. Jadi, alih-alih menggantikan seni lukis dengan melakukan pekerjaan mereka secara lebih efektif, fotografi telah mengambil aspek-aspek di mana seni rupa menjadi terlihat kurang efisien. Hal ini menyiratkan bahwa lukisan itu tidak lengkap, di mana konvensi seni rupa itu sendiri merupakan senyawa cacat dari sesuatu yang seharusnya membutuhkan teknologi yang lebih maju untuk realisasinya. Dengan itu Bazin, telah menempatkan fotografi dan film sebagai media rekaman yang objektif, yang klaim kebenarannya mempunyai hubungan istimewa dengan kenyataan. Hal ini membuat fotografi membentuk tautan langsung antara gambar dan referensi. Dengan kata lain, karena kamera film beroperasi sebagai proses fotokimia yang terlepas dari intervensi manusia kecuali intervensi Kembalinya Realisme Seni Kontempore sebagai Penyebab Kemunculan Seni Rupa Realisme di Setiap Zaman Anna Susilowati 187 yang diperlukan untuk mempersiapkan dan memulai pengoperasian peralatan, maka dapat dilihat sebagai kurang subjektif, kurang rentan terhadap manipulasi tangan manusia yang selalu mengalihkan. Bahkan fotografi dengan cermat melampaui citra suatu objek yang dahulu direpresentasikan dengan lukisan. Ketika lensa pada kamera terbuka untuk membiarkan cahaya masuk, cahaya yang dipantulkan dari objek di depan lensa menyebabkan perubahan kimiawi pada bahan peka cahaya dari film itu sendiri. Walau Bazin bukanlah seorang ilmuwan teknik fotografi atau film, bahwa hal yang dimaksud Bazin adalah fotografi dan film merupakan bentuk seni yang berbeda karena mereka didasari pada proses mekanis yang menghilangkan unsur aktivitas manusia. Gambar yang dihasilkan fotografi selalu memberikan status autentik yang memberikan rasa kehadiran yang tinggi. Apa yang kita lihat dalam sebuah foto memberikan rasa bahwa kita benar-benar hadir di depan kamera. Dengan itu, lukisan realis sebenarnya tidak diperlukan lagi Bazin, 1967. Penyebab realisme surut pada tahun 1980-an adalah penolakan Realisme dari Filsafat yang dikembangkan Richard Rorty. Pada tahun 1979, Rorty menulis buku yang berjudul Philosophy and the Mirror of Nature. Dalam bukunya, Rorty mengkritisi Teori Kebenaran Korespondensi, yang menyatakan bahwa penentu kebenaran adalah korespondensinya dengan realitas atau fakta dunia. Sebuah pernyataan dikatakan benar apabila isi pernyataan itu berkorespondensi sesuai dengan fakta yang dirujuk oleh pernyataan tersebut. Kebenaran seperti itu merupakan representasi akurat atas realitas. Pengetahuan berfungsi untuk merepresentasikan realitas. Menurut Rorty, teori ini tidak memadai di tengah dunia yang semakin dinamis, karena suatu kebenaran mengandalkan sesuatu objek atau fakta yang sebenarnya tidak berperan dalam mendukung atau menjustifikasi klaim pengetahuan Rorty, 1979. Menurut Rorty, yang terpenting dalam pengetahuan adalah menyusun pernyataan yang dapat disetujui oleh orang lain, bukan melaporkan objek-objek. Karena kesan-kesan indrawi tidak memiliki daya untuk menjustifikasi. Pengetahuan pertama kali dibentuk melalui hubungan antar subjek, yaitu dengan cara bergabung dengan Komunitas Bahasa. Karena itu Filsafat Bahasa menjadi penting dalam menjustifikasi kebenaran. Pengetahuan sebagai hal yang berhubungan dengan pernyataan, merupakan praksis sosial, pengetahuan itu diuji melalui percakapan sesama manusia. Rorty menyimpulkan bahwa pengetahuan Kembalinya Realisme Seni Kontempore sebagai Penyebab Kemunculan Seni Rupa Realisme di Setiap Zaman Anna Susilowati 188 merupakan praktik sosial, transaksi antar manusia, bukan manusia dengan objek. Pengetahuan menurut Rorty adalah soal kesepakatan. Justifikasi atas kebenaran adalah soal percakapan, soal praktik sosial. Kita tidak memerlukan lagi konsep kebenaran, sebab apa yang kita anggap benar pada akhirnya ditentukan oleh standar-standar yang disepakati secara sosial Rorty, 1979. Dalam bukunya yang lain, Rorty menolak segala bentuk dahaga akan kebenaran yang semata-mata bersesuaian secara akurat dengan realitas. Kebenaran yang dihasilkan dari pengetahuan yang mampu merepresentasikan realitas secara akurat. Rorty tidak ingin menghabiskan hidup hanya untuk mencerminkan realitas dengan tepat. Hal itu merupakan perbuatan yang buang waktu Rorty, 1980. Kiranya jelas bahwa Realisme dalam seni rupa sudah tidak punya pendasaran lagi dalam wacana filsafat. 3. Penolakan Atas Realisme Foto Sebagaimana diuraikan di atas bahwa realisme muncul kembali pada akhir 1960-an melalui gerakan Realisme Foto dan kemudian kembali surut pada tahun 1980-an, karena beberapa alasan. Bersamaan dengan kritik Rorty di atas, dalam dunia seni rupa muncul penolakan atas wacana realisme foto mengingat gaya melukis seperti itu sebenarnya bukanlah melukis realitas, tetapi pelukis sedang melukis foto, artinya memindahkan foto ke dalam kanvas. Christine Lindsay menulis bahwa realisme foto tidak menampilkan representasi, tidak menampilkan ilusi, tidak mengandung subjektivitas, bahkan lukisan-lukisan seperti itu tidak menampilkan realitas fotografi Lindsay, 1980. Karenanya, Christopher Stokes menolak dirinya disebut sebagai pelukis realisme foto. Dalam tesisnya ia menyatakan bahwa ia menggunakan fotografi hanyalah sebagai alat untuk mentransfer memori visual ke dalam kanvas. Ide untuk melukis didapatkan sebelum peralatan fotografi bekerja. Ketika di depan objek, Stokes mengambil banyak foto untuk merekam objek tersebut dari semua sudut. Fotografi dijadikan sebagai catatan yang akan membantunya dalam memahami apa yang ia lihat dan ia dapat melihat kembali hal-hal yang terlewat ketika di lokasi. Stokes akan mulai mengambil foto ketika ia telah selesai membuat sekumpulan sketsa mengenai still lifes, dan hal-hal yang diambil dari kehidupan yang ia ingin lukiskan. Dengan itu melukis adalah suatu usaha subjektif. Lukisan yang berasal dari foto, harus menggunakan mata sendiri dalam merekam pandangan personalnya atas suatu objek. Ia akan mengerti objek yang akan dilukis apabila ia terlibat langsung, karena lukisan adalah catatan personal atas dunia yang Kembalinya Realisme Seni Kontempore sebagai Penyebab Kemunculan Seni Rupa Realisme di Setiap Zaman Anna Susilowati 189 dilihatnya. Dengan itu ia menamakan gaya melukisnya sebagai Super realisme Stokes, 1982. 4. Hiperrealisme Menjadi Jawaban Atas Penolakan Terhadap Realisme Foto Dengan begitu banyaknya penolakan terhadap Life realisme, namun selalu gaya ini muncul kembali, apa sebabnya? Kiranya melukiskan kembali alam dan manusia dengan bentuk-bentuknya yang proporsional sudah menjadi insting dari kemajuan umat manusia. Terbukti dengan adanya lukisan bison di gua Altamira atau Lascaux puluhan ribu tahun yang lalu, menunjukkan hasrat manusia untuk melakukan mimesis atas alam yang terhampar di sekelilingnya, sudah ada sejak dulu dan bertahan sampai sekarang. Alasan lain mengapa realisme bertahan, adalah kemampuan genre itu menyesuaikan diri dengan situasi baru, dan mencari jawaban atas tantangan yang disodorkan kepadanya. Dengan itu pembahasan kita kemudian berlanjut dengan kemunculan Hiperrealisme. Berbeda dengan Realisme Foto yang menyalin foto ke dalam kanvas, Hiperrealisme muncul dengan maraknya media sosial dan teknik fotografi yang semakin canggih, dengan gambar-gambar yang semakin detail dan tinggi resolusinya, disertai dengan berkembangnya teknik photoshop yang semakin banyak kemampuan dan fitur-fiturnya. Tidak seperti Realisme Foto, Hiperrealisme tidak berusaha secara harfiah menyalin realitas sehari-hari, namun menciptakan kenyataan baru yang hampir mustahil. Di mana lukisan yang diciptakan dengan genre ini bukan lagi realitas tetapi fiksi. Yaitu dengan mengubah skala dan menempatkan objek dengan pengaturan yang tidak alami. Ciri yang lain dari lukisan hipperrealis adalah bahwa ia lebih detail dari Realisme Foto, ia tidak lagi bertujuan untuk menipu mata, namun untuk memperlihatkan kecerdasannya sendiri. Misalnya, melalui penggambaran detail atas keriput atau pori-pori kulit, hipperrealisme menciptakan itu untuk menarik perhatian pemirsa. Dengan itu ukuran dan skala tidak lagi realistis, tetapi ia mendistorsi skala dan menjadikannya narasi baru yang tidak harus sesuai ukurannya dengan kenyataan. Kita dapat melihat gejala tersebut sejak adanya karya “Marilyn” 1977 yang dibuat Audrey Flack. Dalam “Marilyn” terjadi penjajaran dari benda-benda yang tak berhubungan, seperti lipstik dan buah pir dengan ukuran raksasa. Karya “Acedia” 2012 dari Jeremy Geddes, memperlihatkan tubuh dan benda-benda melayang-layang dalam sebuah rumah yang tampaknya tanpa gravitasi. Kita akan membayangkan lukisan seperti itu mirip dalam adegan film ruang angkasa. Berbeda dengan Realisme Foto, karya-karya Jeremy Kembalinya Realisme Seni Kontempore sebagai Penyebab Kemunculan Seni Rupa Realisme di Setiap Zaman Anna Susilowati 190 memperlihatkan bahwa Hiperrealisme menggambarkan adegan di mana elemen naratif dan emosi seniman ikut bermain. Lanskap yang permai tidak diperlihatkan lagi, sebagai gantinya adalah pemandangan dari balik kaca mobil ketika hujan, seperti dalam karya-karya Gregory Thielker. Atau karya “The Brooklyn Rail” dari Rackstraw Downes yang memperlihatkan alam yang rusak dan gersang karena eksploitasi manusia. Demikian pula kita melihat wajah-wajah dan tubuh yang rusak pada karya-karya Jenny Saville. Dan tidak ketinggalan karya-karya still life yang menakjubkan dari Jason de Graaf. Melalui karya Jason, istilah still’ dalam still life’ menjadi tidak tepat lagi, karena yang dilukiskan adalah air yang sedang membuncah dalam gelas “Ultra Marine”, atau irisan jeruk yang dicemplungkan dalam gelas “Evergreen” sehingga butiran-butiran dari cipratan air terasa dalam lukisan. Hal menarik dari hiperrealisme adalah ia dapat menjawab keberatan Rorty atas kebenaran yang merupakan salinan dari realitas. Karena hiperrealisme tidak terobsesi atas kebenaran’, genre ini sedang menciptakan kebenaran baru, suatu narasi yang didasarkan atas fiksi senimannya. Hiperrealisme mempunyai kecenderungan bermain-main atas narasi yang diciptakannya, ia ingin menarik perhatian. Ia sedang bermain-main dengan kebenaran’. Hal itu dapat terlihat dari karya-karya mereka yang lebih banyak muncul di Instagram ketimbang pada buku-buku teks. Ukuran kesuksesan’ karya-karya mereka bukan lagi didasarkan atas pujian atau pengesahan para kritikus seni, tetapi karena berapa banyak suka’ yang diberikan dari pengikut atas karya yang mereka unggah. Demikian pula apabila karya-karya mereka dipamerkan, maka yang menjadi perhatian adalah berapa banyak orang yang berswafoto di depan karya mereka. 5. Perkembangan Hiperrealisme di Indonesia Tak terlepas dari perkembangan seni rupa global, Indonesia juga mempunyai beberapa seniman yang bergenre hiperrealis dengan mutu yang sama baiknya dengan pelukis-pelukis dunia, seperti Dede Eri Supria, Chusin Setiadikara, dan Budi Kustarto. Dede Eri Supria, dilahirkan di Jakarta, 29 Januari 1956. Ia melukiskan gelandangan dalam karyanya yang berjudul “Pasrah” Dermawan T, 1999. Dede melukis realitas kehidupan orang miskin, yaitu seorang perempuan kumuh sedang duduk termenung pasrah. Di punggungnya ada buntel yang berisi barang-barang perlengkapan hidup sehari-hari. Perempuan yang tidak beralas kaki itu mungkin tidak mempunyai rumah, sehingga buntelnya selalu dibawa ke mana-mana. Perempuan itu duduk dengan telapak tangan di bawah dagu, pandangan Kembalinya Realisme Seni Kontempore sebagai Penyebab Kemunculan Seni Rupa Realisme di Setiap Zaman Anna Susilowati 191 matanya kosong dengan raut wajah yang sedih. Lukisan ini disertai superimpose kemewahan gedung-gedung tinggi pada latar belakang agar tercipta kontras yang ia inginkan. Di belakang subjek perempuan yang sedang termenung itu, diletakkan kardus bekas sebagai pagar pembatas’ dengan gedung-gedung tinggi itu. Cara seperti ini membantu Dede dalam mengekspos narasi penderitaan yang dialami orang-orang miskin Lihat Gambar pada halaman 181 sumber Agus Dermawan T., 1999-61. Pelukis lain adalah Chusin Setiadikara. Chusin dilahirkan di Bandung, 4 Maret 1949. Lukisannya yang berjudul “Reconstruction” menghadirkan kembali pelukis Maestro Affandi yang sudah meninggal 30 tahun yang lalu. Ia menggambarkan Affandi yang sedang melukis dirinya sendiri sambil memegang cangklong. Chusin menggunakan teknik plototan, yaitu menggoreskan cat langsung dari tube, yang merupakan teknik melukis khas Affandi. Dan dalam karya itu digabungkan dengan teknik melukis Chusin sendiri yang merupakan kombinasi cat minyak, arang dan pastel Gambar 1. Hal itu dilakukan sebagai upayanya bermain-main dengan realitas, sehingga karya Affandi terlihat hadir kembali dalam kanvas Chusin. Gambar 1 – Chusin Setiadikara, “Reconstruction”, 2007 Sumber Budi Kustarto, lahir di Ajibarang, Jawa Tengah, tahun 1972. Dalam karyanya, “Blue Jeans”, Budi melukiskan dirinya sendiri yang tersangkut dalam celana hotpants blue jeans. Celana itu dibuat robek-robek sesuai dengan model yang sedang tren pada saat itu. Di mana Kembalinya Realisme Seni Kontempore sebagai Penyebab Kemunculan Seni Rupa Realisme di Setiap Zaman Anna Susilowati 192 benang-benang dari bekas robekan celana terlihat satu persatu dengan realistis. Ukuran dari blue jeans itu dibuat sebesar dirinya, sehingga lukisan itu terlihat lucu dan menarik perhatian Gambar 2. Gambar 2 – Budi Kustarto, “Pain on Bananas Garden”, 2011 Sumber 6. Genre Realisme Dapat Berubah-ubah Bentuk Tetapi Tetap Bertahan Dari pembahasan di atas terlihat bahwa 'realisme' memiliki makna yang koheren, mengingat beragam penggunaan yang telah ditemukan untuk itu, dalam konteks yang berubah dan dengan referensi untuk karya seni yang berbeda. Kata realisme yang memiliki sejarah panjang dengan penggunaan yang beragam, maka maknanya sama kompleksnya dengan sejarah itu sendiri. Jadi, meminjam pernyataan Brendan Prendeville dalam bukunya Realism in 20th Century Painting, bahwa daripada kita memulai - atau bahkan mengakhiri - dengan definisi yang tegas, kita sebaiknya menerima saja pergeseran yang diberikan oleh sejarah dan penggunaannya Prendeville, 2000. Pada tingkat tertentu, realisme akan mencakup dan mempertimbangkan kategori-kategori utama seni lukis yang menggunakan istilah itu selama abad ke-20, seperti Realisme Sosial, Realisme Foto, dan sebagainya. Sering kali, ketika pelukis dan kritikus menggunakan kata itu, mereka memodifikasinya, seperti dalam Super realisme’ dan 'Hiperrealisme', untuk mencapai tujuan tertentu. Kita menyadari, semua realisme abad kedua puluh sebagian merupakan hibrida atas jenis-jenis gaya realisme yang Kembalinya Realisme Seni Kontempore sebagai Penyebab Kemunculan Seni Rupa Realisme di Setiap Zaman Anna Susilowati 193 berbeda. Sejarah adalah kontinuitas, bukan diskontinu yang ketat. Dalam satu periode pengamatan, ada persambungan dan persilangan antara suatu gaya dengan gaya yang lain. Kontinuitas Realisme sudah terjadi sejak generasi Vermeer. Pada saat melukis, Vermeer kemungkinan menggunakan Camera Obscura, sebuah peralatan yang menjadi cikal-bakal kamera modern. Pada zaman modern, realisme sangat dipengaruhi oleh pengalaman peralatan fotografi, perangkat yang sudah menjadi bagian dari budaya manusia. Namun demikian, seperti yang semakin disadari, kamera merupakan panduan efektif untuk merekam karakter dari realitas visual. Walau nantinya hasil dari perekaman kamera akan dapat dimanipulasi sesudahnya post-hoc. Lensa mempunyai cara sendiri dalam melihat, yang tidak harus sama dengan cara mata manusia melihat. Fotografer akan tahu bahwa kamera itu monocular dan melihat objek secara terkunci fixed, bukan melakukan scanning seperti yang dilakukan sepasang mata manusia Smith, 2003. Karena itu yang terpenting dalam penggunaan fotografi adalah niat dibalik senimannya dalam berkarya. Seniman dapat saja membuat narasi baru yang melampaui hasil fotografi itu sendiri. Dengan itu realisme dapat bertahan karena ia dibawa maju oleh visi senimannya yang selalu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. SIMPULAN Realisme mendapat gempuran dari masa ke masa, sejak kemunculan Abstrak Ekspresionisme, karena seni representasional sudah tidak memadai lagi mewakili semangat Amerika setelah Perang Dunia II. Dalam konteks Perang Dingin, abstrak ekspresionisme yang disokong Clement Greenberg, dianggap sebagai antitesis atas seni bergaya realis dari Pemerintah Uni Soviet. Dari dunia fotografi, serangan terhadap realisme datang dari Andre Bazin, menurutnya gambar yang dihasilkan fotografi selalu memberikan status autentik yang menampilkan rasa kehadiran yang tinggi. Apa yang kita lihat dalam sebuah foto memberikan rasa bahwa kita benar-benar hadir di depan kamera. Dengan itu, lukisan realis sebenarnya tidak diperlukan lagi. Dari dunia filsafat, realisme mendapat serangan dua kali, pertama pada tahun 1940-an melalui teori estetika Adorno, di mana ia menolak seni yang indah-indah dan menyenangkan, seperti lukisan bergaya Realisme. Karena setelah peristiwa Auschwitz, manusia seharusnya hidup prihatin. Bagi Adorno, abstrak ekspresionisme merupakan bentuk seni yang lebih tepat karena seni seperti itu merupakan antitesis dari masyarakat, bukannya menghibur masyarakat. Serangan kedua dari dunia filsafat datang dari Richard Rorty pada Kembalinya Realisme Seni Kontempore sebagai Penyebab Kemunculan Seni Rupa Realisme di Setiap Zaman Anna Susilowati 194 tahun 1980-an. Di mana Rorty menolak kebenaran korespondensi yang dihasilkan dari pengetahuan yang merepresentasikan realitas secara akurat. Rorty tidak ingin menghabiskan hidup hanya untuk mencerminkan realitas dengan tepat, karena hal itu merupakan perbuatan yang buang waktu. Namun Realisme tetap bertahan dari segala gempuran tersebut, karena sifatnya yang luwes dan fleksibel, menyesuaikan diri dengan kemajuan zaman. Dalam periode sejarah realisme mengubah bentuknya menjadi Realisme Sosial, Realisme Foto, Super realisme dan terakhir Hiperrealisme. Perubahan dan adaptasi terhadap tantangan dan kemajuan zaman membuat seni realisme terus hadir sampai sekarang, termasuk di Indonesia. Karena realisme sudah tertanam, menjadi insting dari kemajuan peradaban umat manusia. REFERENSI Adorno. Theodor. 1997. Aesthetic Theory. terj. Robert Hullot-Kentor. USA Continuum, University of Minnesota. Arvon. Henri. 1970. Marxist Esthetics. Terj. Ikramullah. Yogyakarta Resist Book. 2010. Bazin. Andre. 1967. The Ontology of the Photographic Image. dalam Andre Bazin, Hugh Gray terj., What Is Cinema?, Vol. 1, London University of California Press Ltd. Brendan Prendeville. Realism in 20th Century Painting. New York Thames & Hudson Inc, 2000. Claussen. Detlev. 2008. One Last Genius. Harvard The Belknap Press. Coates. Robert M. 1944. Assorted Modern. The New Yorker, 23 Desember 1944. Dermawan T. Agus. 1999. Dede Eri Supria, Elegi Kota Besar. Jakarta Yayasan Seni Rupa AiA. Doss. Erika. 2002. Twentieth-Century American Art. New York Oxford University Press. Grenspun. Joanne. 1998. Chuck Close. New York The museum of Modern Art. Grosenick. Uta., Burkhard Riemschneider. 2005. Art Now, 81 Artist at the Rise of the New Millenium. Koln Taschen Gmbh. Lindsay. Christine. 1980. Superrealist Painting & Sculpture. New York William Morrow. Read. Herbert. 1991. A Concise History of Modern Painting. New York Thames and Hudson. Rorty. Richard. 1979. Philosophy and the Mirror of Nature. New Jersey Princeton University Press. Rorty. Richard. 1980. Pragmatism, Relativism and Irrationalism, dalam Paul K. Moser & Arnold Vander Nat, ed. Human Knowledge Classical and Contemporary Approaches. Oxford Oxford University Press Smith. Edward Lucie. 2003 American Realism. New York Thames & Hudson Inc. Stokes. Christopher. 1982. The Photograph and Superrealism. Illinois Eastern Illionis University, 1982. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this StokesThesis Illinois University. Includes bibliographical references leaves 60-62.The Ontology of the Photographic Image. dalam Andre Bazin, Hugh Gray terj., What Is Cinema?BazinAndreBazin. Andre. 1967. The Ontology of the Photographic Image. dalam Andre Bazin, Hugh Gray terj., What Is Cinema?, Vol. 1, London University of California Press in 20 th Century PaintingBrendan PrendevilleBrendan Prendeville. Realism in 20 th Century Painting. New York Thames & Hudson Inc, 2000. Claussen. Detlev. 2008. One Last Genius. Harvard The Belknap Modern. The New Yorker, 23 DesemberRobert M CoatesCoates. Robert M. 1944. Assorted Modern. The New Yorker, 23 Desember Close. New York The museum of Modern ArtGrenspunJoanneGrenspun. Joanne. 1998. Chuck Close. New York The museum of Modern Concise History of Modern PaintingLindsayChristineLindsay. Christine. 1980. Superrealist Painting & Sculpture. New York William Morrow. Read. Herbert. 1991. A Concise History of Modern Painting. New York Thames and Hudson.
Karyaseni rupa modern/kontemporer di Indonesia beragam bentuk, jenis, dan corak, antara lain berupa karya seni rupa dua dimensi: seni lukis, grafis, batik, dll; tiga dimensi: seni patung, keramik, seni instalasi, dll. Dengan kreativitas masing-masing, para seniman Indonesia menciptakan suatu karya seni rupa sebagai perwujudan ekspresi jiwanya.
Apresiasikarya seni rupa modern dan kon. 1. Membandingkan corak seni rupa tradisional dengan seni rupa modern/kontemporer. dalam suatu kaum/puak/suku/bangsa tertentu. Seni tradisional yang ada di suatu. berdekatan. budaya, bisa berupa aktivitas religius maupun seremonial/istanasentris.
3 Jenis Jenis Seni Rupa Berdasarkan Fungsinya. Seni Rupa Terapan, ialah salah satu jenis seni rupa yang dihadirkan dari suatu tujuan praktis. sebuah Karya yang digunakan dari benda-benda dengan kebutuhan sehari-hari masyarakat. Contohnya: senjata, poster, keramik, rumah dan lain sebagainya.; Seni Rupa Murni ialah salah satu jenis karya seni rupa yang diciptakan bukan untuk suatu tujuan untuk
Bendakarya seni rupa tiga dimensi dengan fungsi keindahan adalah karya seni yang diciptakan secara bebas dengan mengutamakan fungsi keindahan dan ekspresi. Dengan kata lain, karya tiga dimensi tersebut dibuat untuk memuaskan pandangan mata dan biasanya digunakan sebagai pajangan/hiasan. Sementara itu, benda karya tiga dimensi dengan fungsi
A.Seni Yunani:Perkembangan seni rupa modern sangat terkait seni klasik Yunani dari Romawi keduanya. tidak terhalang oleh priode lain. B. Seni Mesopotamia:Selain di Yunani muncul Negara-negara missal Mesopotania,parsi,mesirbanyak karya di pengaruhi oleh mesir terutama seni patung. C.Seni Helenis: masa tersebut gemilang menuju masa nutaris
SeniRupa Tradisional, Modern dan Kontemporer Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan. Kesan ini diciptakan dengan mengolah konsep garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan dengan acuan estetika. Berikut ini uraian contoh teknik melukis
seniyang tidak termasuk ke dalam seni rupa kontemporer, yakni outsider art. walaupun diciptakan masa kini, namun karena konsep berkeseniannya merupakan self-taught, diluar art historical context, makan kerajinan tangan, textil, dan design tidak termasuk ke dalam seni rupa kontemporer. contohnya, objek keramik yang mengangkat tema nature, lebih CariSeleksi Terbaik dari karya seni rupa kontemporer Produsen dan Murah serta Kualitas Tinggi karya seni rupa kontemporer Produk untuk indonesian Market di Alibaba.com
SeniLingkungan. Pertumbuhan seni rupa kontemporer pada pertengahan tahun 1960-an hingga 1970-an, ada kecenderungan pada perupa untuk memanfaatkan lingkungan alam sebagai bagian atau bahkan inti dari karya seni yang digagasnya. Mereka mengusung dua tujuan utama, yaitu penolakan atas komersialisasi seni dan mendukung gerakan cinta lingkungan.
SENIRUPA MODERN DAN SEJARAHNYA. Seni rupa modern adalah istilah umum yang digunakan untuk kecenderungan karya seni yang diproduksi sejak akhir abad 19 hingga sekitar tahu 1970 an. Seni rupa modern menunjuk kepada suatu pendekatan baru dalam seni dimana tidak lagi mementingkan representasi subjek secara realistik—penemuan fotografi menyebabkan fungsi penggambaran di dalam seni menjadi
DCSGW.